RSS

Tag Archives: pemimpi

perihal mimpi

; jangan percaya ini

Mengapa ada seseorang yang percaya bahwa mimpi adalah pertanda, sementara yang lainnya menganggapnya sebagai hiburan tengah malam?
Saya mungkin seseorang yang berada di tengah-tengahnya. Ada saatnya saya menganggap mimpi-mimpi itu sebagai kembang tengah malam saat lelap, yang seringkali terlupa begitu saja saat mata saya terbuka.

Kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam dunia nyata, dan di luar kuasa si pemimpi. Perkecualiannya adalah dalam mimpi yang disebut lucid dreaming. Dalam mimpi yang demikian, pemimpi menyadari bahwa dia sedang bermimpi saat mimpi tersebut masih berlangsung, dan terkadang mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya serta mengendalikan beberapa aspek dalam mimpi tersebut.

Kalau dihitung-hitung saya tidak lebih dari sepuluh kali sedemikian memikirkan mimpi-mimpi saya. Mimpi-mimpi itu terjadi begitu saja. Kehilangan pacar salah satunya setelah bermimpi menemani si dia menembak seekor burung kecil di dalam hutan. Dalam kehidupan senyatanya, saya juga begitu terpengaruh oleh buku Paulo Coelho, khususnya The Alchemist. Sebuah novel spiritual yang menceritakan perjalanan seorang bocah Santiago dalam mengejar mimpi-mimpinya. Tentu saja juga cara dia menghitung pertanda pada gadis gurun bernama Fatimah. Aih, romantisnya…

Analisis mimpi yang digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar. Pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktifitas emosi lain, hingga aktifitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil di-ungkap, maka untuk penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah untuk diselesaikan.

Lantas bagaimana jika mimpi begitu susah diartikan? semacam pergi ke gunung dengan seseorang yang tak dikenal. Berulang kali mimpi dikejar ular. Mematahkan dan membunuh sekelompok ular dengan menggigitnya. Padahal aduh, dalam dunia nyata saya paling takut dan jijik pada ular. Melihatnya melintas di depan saya saja lutut saya bisa langsung lemas ndak karuan.

Sigmund Freud berpendapat bahwa dalam mengutarakan mimpi, seorang penafsir haruslah memberikan perhatian yang penuh, bersungguh-sungguh dan tidak terburu-buru. Kemudian, seorang penafsir juga harus berusaha mencari tabu semua hal yang berhubungan dengan gambaran atau isi mimpi serta pelaku mimpi secara komprehensif. Kemudian terdapat juga kesamaan tentang kamampuan atau pengetahuan yang harus dikuasai oleh seorang penafsir mimpi. lbnu Sirin, seorang pemikir besar dengan latar muslim dari Timur juga sependapat dengan Sigmund Freud bahwa seorang penafsir mimpi harus menguasai ilmu tentang Bahasa. tentang makna kata, derivasi kata, dan kata-kata
kiasan maupun pribahasa sehingga mengetahuitentang kondisi dan kebiasaan serta budaya yang berlaku pada masyarakat atau daerah setempat.

Nah, bisa jadi mimpi digelung ular serupa yang saya alami ini berbeda maknanya dengan seseorang di tempat lain yang bermimpi sama.

Pengertian akan mimpi memang masih sangat membingungkan bagi sebagian orang. Namun demikian dari analisis yang disampaikan oleh Sigmund Freud kita bisa menemukan dua jenis mimpi yang terjadi pada manusia. Ada perbedaan perngertian mimpi, antara orang sekarang dengan orang-orang jaman primitif. Meskipun masih juga banyak orang mempercayai bahwa mimpi mempunyai aspek supranatural atau mistik, sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang primitif.
Pengertian mimpi yang pertama bisa kita pahami menurut Aristoteles bahwa mimpi tak lebih dari persoalan psikologis. Mimpi bukanlah ilham dari dewa, dan juga tidak ada kaitanya dengan hal-hal yang berbau kedewaan, tetapi sebaliknya dari sifat-sifat kejam atau jahat.

Hal ini berbeda dengan pandangan Aristoteles, penulis-penulis jaman sebelumnya tidak memandang mimpi sebagai suatu produk jiwa malainkan ilham yang berasal dari dewa (devine orgin). Oleh karena itu manusia jaman purba membedakan mimpi sebagai berikut; Pertama, mimpi yang nyata dan berharga, diturunkan pada si pemimpi sebagai peringatan atau untuk meramalkan kejadian-kejadian dimasa depan. Kedua, mimpi yang tak berharga, kosong dan menipu, bertujuan untuk menyesatkan atau menuntun si pemimpi pada kehancuran. Jadi jelas, dari kedua pengertian ini, kita menjadi sadar akan adanya makna yang terkandung dalam mimpi. Meskipun tetap dipahami juga bahwa tidak semua mimpi memiliki makna yang berkaitan dengan kehidupan kita.

Saya menyukai salah satu referensi tentang mimpi yang berkaitan dengan Enuknia (insomnia), yang secara langsung mereproduksi rangsangan yang diberikan atau pun sebaliknya. Merangsang secara berlebihan, seperti mimpi buruk menentukan atau mempunyai korelasi yang pasti dengan masa depan. Termasuk di dalammnya adalah pemberitahuan tentang kejadian-kejadian di masa depan (orama, visio). Nyatanya, konsep inilah yang sudah berabad-abad menjadi kepercayaan manusia.

Freud sendiri memegang teguh pendiriannya atas teori mimpi. Meskipun Ia mengakui akan adanya kesulitan di dalam membuktikan gagasan-gagasannya itu. Ia tetap berkeyakinan akan adanya beberapa titik terang bahwa mimpi bisa dipengaruhi oleh kondisi fisik dan pengalaman alam sadarnya. Mimpi hanya reaksi tidak teratur dari fenomena mental yang berasal dari stimulasi fisik. Freud mencontohkan seseorang yang sedang tidur kemudian ia bermimpi sedang minum. Maka sudah bisa dipastikan bahwa pada saat itu ia sedang merasakan kehausan. Saya belum memiliki alasan yang cukup kuat untuk sepenuhnya setuju pada pendapat ini. Kenyataannya saya sedang tidak memikirkan ular saat saya bermimpi digelung ular hitam semalam itu.

Sebenarnya pada banyak hal, banyak dari teori-teori Freud yang saya kurang sepakati pada penjabarannya, bukan pada pengantar dan perawalannya. Misalkan psikoanalis saya cenderung sepakat, tapi kemudian ada beberapa klik yang membuat saya menganggap Freud seorang pandir dan sok pintar.

Pada dasarnya hakikat mimpi bagi psikoanalisis hanyalah sebentuk pemenuhan keinginan terlarang semata. Dikatakan oleh Freud (dalam Calvin S.Hal & Gardner Lindzaey, 1998). Oh, tentu saya tidak menyepakatinya. Tidak ada seorangpun yang melarang saya ke gunung, bahkan banyak yang mengajak saya mendirikan tenda-tenda bersama-sama. Lantas mengapa saya bermimpi sedang berjalan di setapak dalam hutan di gunung?

Sejak zaman Babilonia. Aflatun, Aristu, Cicero, Kitab Injil, Shakespeare, Goethe dan Napoleon percaya bahwa ada mimpi-mimpi tertentu yang meramalkan sesuatu di kehidupan mendatang. Tidak ada apa pun yang muncul dalam mimpi secara kebetulan, tiap gambaran adalah lambang yang dihargai yang merujuk kepada kehidupan dan fikiran yang paling dalam.

Atau, yang paling tepat sebenarnya adalah, saya mencoba menjabarkan mimpi-mimpi yang datang pada saya dengan cara saya sendiri. Saya tidak lantas menganggap semua mimpi adalah pertanda. Tapi saya tahu, salah satu mimpi saya akan selalu berkelanjutan mengajari saya bersiap menerima segala hal yang akan sampai pada saya.

Esok hari, saat saya serupa naga, saya tak akan lagi bermimpi tentang ular!

 

Tags: , , , ,