RSS

flying for a moment

17 Aug

.: when your call did not come, he asked me a question….

Begini, katakanlah muncul seorang laki-laki berumur dengan dua anak manis bermata biru yang bisa saja menjadi adik-adik kecil yang menyenangkan. Muncul begitu saja dengan pesan-pesannya untuk mengingatkan bahwa keduanya pernah berjumpa. Dari sekadar; “I wonder if we could stay in touch… maybe its too much to ask for.” juga, “its lovely to get your message, could not help go see your pictures yet again. My question is WHY?”

Serupa tokoh-tokoh dalam cerita Harlequin. Lelaki bermata dingin dengan tubuhnya yang athletis tengah bermain-main api dengan seorang perempuan dari jauh yang tak kenal red wine selain cukup mendengar nama saja. Tak pernah sekalipun menginjakkan kakinya di ladang-ladang luas di Brazil ataupun Argentina. Tidak pernah menonton adu banteng di Sevilla Spain. Tidak berfoto dengan cara aneh di Taj Mahal. Tidak memiliki rumah dekat Georgia Waterfall yang dipamerkan dalam sebuah foto dengan dua anaknya dan orangtuanya yang nampak berbahagia. Juga pesta-pesta Santo Thomas ala cowboy dengan tarian dan api unggun yang memamerkan gadis-gadis bermata kelam yang menggoda.

Para tokoh dalam cerita Harlequin selalu serba terlalu. Terlalu kaya. Terlalu pintar. Terlalu berpengalaman dalam banyak hal. Terlalu tampan dengan kemeja santai maupun jas dari perancang kenamaan yang dimiliki dunia. Terlalu banyak digoda perempuan -bermain dengan perempuan?- terlalu dekat dengan pistol dan senapan. Terlalu senang berpetualang ke banyak negara selain mengurus perusahaannya sendiri.

Begitupun lelaki ini. Yang mengirimkan buket mawar meski berjarak ribuan kilo untuk si perempuan mungil. Tentu saja, perempuan itu tidak lantas merasa sedang didekati, laki-laki ‘terlalu’ semacam dia tak mungkin suka berlama-lama apalagi bertahan dengan satu perempuan saja. Jangankan tergoda, tertarik juga tidak. Jadi, perihal laki-laki ‘terlalu’ yang kemudian jatuh cinta dengan perempuan yang jauh dari tempatnya hanya karena sekali pernah berjumpa untuk mendiskusikan suatu hal kecil itu hanya ada dalam Harlequin semata. Bukan di kisah nyata. Serupa Cinderella, kisah-kisah manis hanyalah cerita yang pantas dibangun sebagai mitos dan hiburan saja.

Sementara tokoh perempuan yang dicintai si laki-laki ‘terlalu’? Biasanya seorang pembantu di rumahnya, pengasuh anak-anaknya yang menderita karena perceraian, sekretaris di kantor, atau paling banter seorang jurnalis dari sebuah stasiun tv yang mencari berita darinya. Saya ingat, ada juga di antara para tokoh itu seorang penulis yang memiliki tubuh yang tak lebih sexy dibanding tokoh-tokoh lain yang muncul di buku tersebut. Kalau tidak salah ditulis oleh Nora Roberts. Saya lupa.

Nah, tokoh perempuan yang penulis dalam buku itu. Tidak semampai, bahkan mungil menurut Nora Roberts. Memiliki tatap mata yang tajam namun sering nampak kosong. Bola matanya coklat dengan rambut masai yang seolah dibiarkan tak terawat. Penyendiri serta gemar membaca. Tentu berbeda dengan si tokoh laki-laki yang melihat sendiri segala tempat indah dan menarik di dunia dengan mata kepalanya sendiri, dia cukup hanya -mampu- melalui gambar dan tulisan di buku-buku itu.

SATU lagi; TAK berpengalaman dalam urusan cinta, apapun musimnya. Konon kabarnya sangat misterius, sukar dipahami, dan sangat menggugah perasaan ingin tahu. Ini juga kata si laki-laki ‘terlalu’.

Oh, apakah ini serupa tantangan? permainan semacam petualangan yang akan secepatnya melahirkan rasa bosan? Maka si laki-laki akan bilang; “Well, listen to me, it’s sound you are like the pessengers of the wrecked ship were hopeless. Man must adjust himself to conditions around him in order that he could survive.”

Jadi begitulah menurut si laki-laki yang serba ‘terlalu’ ini, sekian kali dia pernah melihat perempuan itu, meski cukup sekali bisa mengajaknya diskusi di suatu tempat. Sayangnya, perempuan itu lupa, sesekali saja dia ingat tapi secepatnya dilupakan.

Maka bila dalam sehari, perempuan itu menerima telepon untuk kesekian kali dengan ataupun suara sekretaris si laki-laki terlebih dulu yang bicara. Perempuan itu selalu tersenyum; karena jelaslah baginya bahwa dongeng sebelum tidur tak harus dipercaya dalam dunia nyata. Tokoh-tokoh SERBA terlalu tak akan pernah jatuh cinta pada perempuan semacam dia. Kalaupun tertarik itu hanya untuk hitungan hari dan akan segera berakhir begitu tokoh laki-laki berhasil menarik pelatuk kecil di pistolnya.

Yogyakarta. 17Agustus2008

 

Tags: ,

7 responses to “flying for a moment

  1. anton ashardi

    August 18, 2008 at 6:43 pm

    Fufufu… semacam ada maknanya ini, ada yang lagi kejatuhan cinta ya? dikirimi dari luar negeri sebelah mana? apanya wartel? :p

     
  2. aiyuu

    August 19, 2008 at 2:48 am

    non yang mana lagi ni? udah ah terima aja.

     
  3. ahmed

    August 19, 2008 at 10:09 am

    mbak her, pa kabar… wah, asik baca di ruang ini. seperti baca novel2nya mbak her yang udah terbit. ada minat nerbitin blogs gak nie?

     
  4. Ning

    August 19, 2008 at 11:24 am

    kalau blognya diterbitkan kasih judul aja ” GARIS TEPI SEORANG BLOGGER” wex kek kek
    isinya “kayaknya ttm kok ndak pernah jumpa, dibilang nggak kenal kok sering omong-komen…

     
  5. Iloveyou

    August 19, 2008 at 2:57 pm

    i love you still

     
  6. aiyuu

    August 24, 2008 at 2:51 pm

    Iya dong seneng, kalau pusing kan kamu dewe yang repot

     
  7. herlinatiens

    August 26, 2008 at 9:56 am

    repot repot…ndak kok 😀

     

Leave a comment