RSS

Monthly Archives: April 2008

Film apa Film?

Semalam dengan mas Kris Budiman (lagi seperti tahun-tahun yang sudah) saya datang ke undangan pembukaan Q Festival. Tapi malam tadi ada juga Grace. Film yang diputar judulnya Perempuan Punya Cerita -kalau gak salah.-

Duh mampus, pikir ane. Tu para perempuan bikin apa sebenarnya ya. Bicara temanya sih yang agak menarik bagian ‘cerita jakarta’ sepertinya. Tentang perempuan yang terinfeksi virus HIV. Tapi saya rasa itu karena si Susan Bahtiar maennya lumayan baguslah. Bukan pada kontens isi film itu sendiri. Gimana ya, Susan cakep sih.

Parahnya yang bagian ‘cerita yogyakarta.’ Pengaruh Iip Wijayantokah? Atau memang saya yang kuper? sampai saya tidak tahu kalau anak-anak SMU di Yogya identik dengan seks bebas, hamil, lotre penentu. Pikir saya, yang goblok penulis skenarionya atau sutradanya atau bagaimana sih?

Kalau saya pikir, kenapa coba cerita yang bagian ‘seks melulu’ musti di bagian ‘cerita yogyakarta’ sementara yang ‘cerita jakarta’ agak sedikit lebih cerdas temanya. Itu pasti akal-akalan si perempuan-perempuan di balik layar. Anehnya, bisa-bisanya ada yang tergila-gila ma ni film. Apa karena adegan2 ‘ah, eh, ah, eh-nya?’

Beruntung, adek bungsu saya (Agustina Candrawati) tidak diperbolehkan sama pacarnya untuk menerima tawaran maen di ‘cerita yogyakarta’ dalam film tersebut. Memang adik saya bukan artis kok. Akhirnya peran itu dimainkan si artis sinetron siapa itu. Tapi tetep dong, lebih cantik dan menarik adik saya..(kekeke, yang ini tidak boleh dipercaya)
(nah ini adek bungsu saya)

Apa benar? perempuan Indonesia terwakili dengan film itu? Lantas kemana larinya cerita-cerita perempuan cerdas yang tangguh, tidak cengeng, pemimpin yang -meski tidak banyak- ada di Indonesia. Konflik-konflik yang dimiliki seorang perempuan -anggaplah pilihan- yang lebih cerdas dan memerlukan pencapaian satu titik kecerdasan. Lho, di Indonesia banyak perempuan cerdas kok, berkuasa, dan tidak bergantung pada satu kebijakan atau putusan laki-laki.

Seolah-olah, dari film itu tampaklah betapa seks, ketertindasan, kebodohan, korban keganasan lelaki, dan kemelaratan melulu yang ada di otak dan sekeliling perempuan Indonesia. Dih..menyedihkan -filmnya tentu saja.-

Tapi baguslah, saya terharu melihat mbak Susan Bahtiar menahan perih saat harus meninggalkan anaknya. Lantas bagaimana dengan Ayat-Ayat Cinta? Nah, ulasan tentang Ayat-Ayat Cinta buka di http://antikris.multiply.com

Tapi saya tetap salut dengan semua karya yang lahir dari tangan-tangan manusia Indonesia, sangat. Itu intinya…

(Lebih daripada itu saya pikir teknik yang saya kira hebat ini ternyata saya curigai meniru pilem Things You Can Tell Just by Looking at Her yang diproduksi tahun 1999)

Yogyakarta 21 April 2008

 
17 Comments

Posted by on April 21, 2008 in Catatan Hari Ini, Essay

 

Tags: , , , , ,

perihal mimpi

; jangan percaya ini

Mengapa ada seseorang yang percaya bahwa mimpi adalah pertanda, sementara yang lainnya menganggapnya sebagai hiburan tengah malam?
Saya mungkin seseorang yang berada di tengah-tengahnya. Ada saatnya saya menganggap mimpi-mimpi itu sebagai kembang tengah malam saat lelap, yang seringkali terlupa begitu saja saat mata saya terbuka.

Kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam dunia nyata, dan di luar kuasa si pemimpi. Perkecualiannya adalah dalam mimpi yang disebut lucid dreaming. Dalam mimpi yang demikian, pemimpi menyadari bahwa dia sedang bermimpi saat mimpi tersebut masih berlangsung, dan terkadang mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya serta mengendalikan beberapa aspek dalam mimpi tersebut.

Kalau dihitung-hitung saya tidak lebih dari sepuluh kali sedemikian memikirkan mimpi-mimpi saya. Mimpi-mimpi itu terjadi begitu saja. Kehilangan pacar salah satunya setelah bermimpi menemani si dia menembak seekor burung kecil di dalam hutan. Dalam kehidupan senyatanya, saya juga begitu terpengaruh oleh buku Paulo Coelho, khususnya The Alchemist. Sebuah novel spiritual yang menceritakan perjalanan seorang bocah Santiago dalam mengejar mimpi-mimpinya. Tentu saja juga cara dia menghitung pertanda pada gadis gurun bernama Fatimah. Aih, romantisnya…

Analisis mimpi yang digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar. Pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktifitas emosi lain, hingga aktifitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil di-ungkap, maka untuk penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah untuk diselesaikan.

Lantas bagaimana jika mimpi begitu susah diartikan? semacam pergi ke gunung dengan seseorang yang tak dikenal. Berulang kali mimpi dikejar ular. Mematahkan dan membunuh sekelompok ular dengan menggigitnya. Padahal aduh, dalam dunia nyata saya paling takut dan jijik pada ular. Melihatnya melintas di depan saya saja lutut saya bisa langsung lemas ndak karuan.

Sigmund Freud berpendapat bahwa dalam mengutarakan mimpi, seorang penafsir haruslah memberikan perhatian yang penuh, bersungguh-sungguh dan tidak terburu-buru. Kemudian, seorang penafsir juga harus berusaha mencari tabu semua hal yang berhubungan dengan gambaran atau isi mimpi serta pelaku mimpi secara komprehensif. Kemudian terdapat juga kesamaan tentang kamampuan atau pengetahuan yang harus dikuasai oleh seorang penafsir mimpi. lbnu Sirin, seorang pemikir besar dengan latar muslim dari Timur juga sependapat dengan Sigmund Freud bahwa seorang penafsir mimpi harus menguasai ilmu tentang Bahasa. tentang makna kata, derivasi kata, dan kata-kata
kiasan maupun pribahasa sehingga mengetahuitentang kondisi dan kebiasaan serta budaya yang berlaku pada masyarakat atau daerah setempat.

Nah, bisa jadi mimpi digelung ular serupa yang saya alami ini berbeda maknanya dengan seseorang di tempat lain yang bermimpi sama.

Pengertian akan mimpi memang masih sangat membingungkan bagi sebagian orang. Namun demikian dari analisis yang disampaikan oleh Sigmund Freud kita bisa menemukan dua jenis mimpi yang terjadi pada manusia. Ada perbedaan perngertian mimpi, antara orang sekarang dengan orang-orang jaman primitif. Meskipun masih juga banyak orang mempercayai bahwa mimpi mempunyai aspek supranatural atau mistik, sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang primitif.
Pengertian mimpi yang pertama bisa kita pahami menurut Aristoteles bahwa mimpi tak lebih dari persoalan psikologis. Mimpi bukanlah ilham dari dewa, dan juga tidak ada kaitanya dengan hal-hal yang berbau kedewaan, tetapi sebaliknya dari sifat-sifat kejam atau jahat.

Hal ini berbeda dengan pandangan Aristoteles, penulis-penulis jaman sebelumnya tidak memandang mimpi sebagai suatu produk jiwa malainkan ilham yang berasal dari dewa (devine orgin). Oleh karena itu manusia jaman purba membedakan mimpi sebagai berikut; Pertama, mimpi yang nyata dan berharga, diturunkan pada si pemimpi sebagai peringatan atau untuk meramalkan kejadian-kejadian dimasa depan. Kedua, mimpi yang tak berharga, kosong dan menipu, bertujuan untuk menyesatkan atau menuntun si pemimpi pada kehancuran. Jadi jelas, dari kedua pengertian ini, kita menjadi sadar akan adanya makna yang terkandung dalam mimpi. Meskipun tetap dipahami juga bahwa tidak semua mimpi memiliki makna yang berkaitan dengan kehidupan kita.

Saya menyukai salah satu referensi tentang mimpi yang berkaitan dengan Enuknia (insomnia), yang secara langsung mereproduksi rangsangan yang diberikan atau pun sebaliknya. Merangsang secara berlebihan, seperti mimpi buruk menentukan atau mempunyai korelasi yang pasti dengan masa depan. Termasuk di dalammnya adalah pemberitahuan tentang kejadian-kejadian di masa depan (orama, visio). Nyatanya, konsep inilah yang sudah berabad-abad menjadi kepercayaan manusia.

Freud sendiri memegang teguh pendiriannya atas teori mimpi. Meskipun Ia mengakui akan adanya kesulitan di dalam membuktikan gagasan-gagasannya itu. Ia tetap berkeyakinan akan adanya beberapa titik terang bahwa mimpi bisa dipengaruhi oleh kondisi fisik dan pengalaman alam sadarnya. Mimpi hanya reaksi tidak teratur dari fenomena mental yang berasal dari stimulasi fisik. Freud mencontohkan seseorang yang sedang tidur kemudian ia bermimpi sedang minum. Maka sudah bisa dipastikan bahwa pada saat itu ia sedang merasakan kehausan. Saya belum memiliki alasan yang cukup kuat untuk sepenuhnya setuju pada pendapat ini. Kenyataannya saya sedang tidak memikirkan ular saat saya bermimpi digelung ular hitam semalam itu.

Sebenarnya pada banyak hal, banyak dari teori-teori Freud yang saya kurang sepakati pada penjabarannya, bukan pada pengantar dan perawalannya. Misalkan psikoanalis saya cenderung sepakat, tapi kemudian ada beberapa klik yang membuat saya menganggap Freud seorang pandir dan sok pintar.

Pada dasarnya hakikat mimpi bagi psikoanalisis hanyalah sebentuk pemenuhan keinginan terlarang semata. Dikatakan oleh Freud (dalam Calvin S.Hal & Gardner Lindzaey, 1998). Oh, tentu saya tidak menyepakatinya. Tidak ada seorangpun yang melarang saya ke gunung, bahkan banyak yang mengajak saya mendirikan tenda-tenda bersama-sama. Lantas mengapa saya bermimpi sedang berjalan di setapak dalam hutan di gunung?

Sejak zaman Babilonia. Aflatun, Aristu, Cicero, Kitab Injil, Shakespeare, Goethe dan Napoleon percaya bahwa ada mimpi-mimpi tertentu yang meramalkan sesuatu di kehidupan mendatang. Tidak ada apa pun yang muncul dalam mimpi secara kebetulan, tiap gambaran adalah lambang yang dihargai yang merujuk kepada kehidupan dan fikiran yang paling dalam.

Atau, yang paling tepat sebenarnya adalah, saya mencoba menjabarkan mimpi-mimpi yang datang pada saya dengan cara saya sendiri. Saya tidak lantas menganggap semua mimpi adalah pertanda. Tapi saya tahu, salah satu mimpi saya akan selalu berkelanjutan mengajari saya bersiap menerima segala hal yang akan sampai pada saya.

Esok hari, saat saya serupa naga, saya tak akan lagi bermimpi tentang ular!

 

Tags: , , , ,