; tulisan selepas mimpi Zen
kekinian banyak betul lahir lagu-lagu judulnya ‘selingkuh’ atau setidak-tidaknya yang bertema itulah ya. psikologis masyarakat -dalam hal ini pendengar- seperti dikondisikan atau memang jadi kek cermin kondisi masyarakat yang ada ya? well sebab, suatu karya tidak pernah lahir dari kekosongan belaka kan?
itung punya itung, dalam banyak kajian dan karya, mengapa perempuan yang datang belakangan selalu dibilang perebut hayo? atau kenapa selalu disebut sebagai si brengsek karena mencintai lelaki/perempuan orang lain? kenapa ndak coba lihat sisi yang lain?
sebab yang pertama -dianggap- selalu setia, dan yang kedua yang menggatal.
dalam novel yang sudah-sudah, saya sering menempatkan si tokoh sebagai penjahat beradab yang menghindari manusia yang sudah berpasangan. ini berbeda dengan tokoh saya dalam sebuah cinta yang menangis. ya, iyalah, kek mana ndak lha wong tokoh ‘aku dan dia’ dalam novel tersebut jatuh cinta -lagi- dengan seseorang yang dikenalnya di masa kecil. seorang teman sekolah, gitu katanya. eh atau memang tak pernah benar-benar berhenti mencintai lelaki kecil itu? ketahuan dueh…
seorang teman, Nana namanya bicara pada saya, “sampean kurang jahat, nontonlah sinetron biar bisa jahat.”
Nah kan, sinetron pun banyak ngajari kita pada ritual-ritual ‘ayeaaah’ pada masyarakat. belum lagi pembagian tokoh yang terlalu hitam putih. terlalu benar dan salah. terlalu antogonis dan protagonis.
yang hitam yang ndak punya kasih. yang putih yang setia. beuh….mak…
jika salah mencintaimu, maka biarkan ini tetap menjadi salah.
sebab tak harus menjadi benar untuk menciptakan surgaku sendiri.
dalam diam aku menang. dalam bicara akupun terus menang.
sebab pertempuran ini hanya milikku saja. bukan denganmu.
bukan dengannya.
sebab musuh yang mencoba merebutku darimu hanyalah aku sendiri.
dan tak bisa kubiarkan diriku menjadi lebih keparat dengan memilikimu.
Yogyakarta, 25 Januari 2009
Thomas Silvano
January 27, 2009 at 11:17 am
“jika salah mencintaimu, maka biarkan ini tetap menjadi salah”..
menteep, hehe mo salah mo benerr, kalo aku cinta, kau mo apa???
gie
February 2, 2009 at 4:19 pm
Sampeyan kok makin ngetop aja, HP tetap yang dulu kan yang tersimpan di HPq
pink
February 2, 2009 at 8:25 pm
bila cinta itu angin
biarlah tarian batang bambu di stasiun walikukun sebagai penanda.
Pipit kecilpun terpelanting saat hinggap dirantingnya
coklat seragam pramukamu tak secoklat sayapku, begitulah celoteh pipit kecil. Sedangkan rinai hujanpun menaburkan coklat bengawan di kelokan ngawi. Sendu sembilu ngilu, itukah kamu?
Sesendu kintamani saat berkabut hujan?
ataukah semerdu adzan kabut di bedugul?
Entahlah tanjung benoa begitu panas dan senyap, angin malas mendayu.
Gemericik celoteh gadis ayu berhidung bule di pasar sukowati, yang menawarkan beha celdam dan daster itukah?
Atau selucu kemahalan oleh-oleh joger?
Entahlah..semua sama saja saat kau mulai bercerita
selalu ada yang tanya dan terluka….
missyou
February 3, 2009 at 3:14 pm
mengapa lahir padamu seluruh cinta dan harapan? jangan menjahuiku begini.
langitjiwa
February 3, 2009 at 10:01 pm
: herlinatiens
Inginku tulis puisi cinta,dimata kecilmu.
Agar terbaca pada setiap waktu,
Kala kau terkukung sepi dan rindu.
( gak salahkan,aku menuliskannya disini,dan jgn bilang saya kurang ajar kepada pean,hehehe
malam,mbak.)
herlinatiens
February 15, 2009 at 3:07 am
@ gie: Duh maaf, pak Gie teman mbak Fitri ya? Maaf kalau saya lupa. Atau de Anggie? Atau send email deh ke email saya ya. herlinatiens@yahoo.co.id